adityabowie
Dunia Mafioso Bohong-bohongan
Minggu, 30 Agustus 2009 | 03:14 WIB

Budi Suwarna

Mereka mengaku mafioso. Namun, penampilan mereka tidak ada ”serem-serem”-nya. Maklum, mereka bukan mafioso di dunia nyata, melainkan mafioso di dunia ”game online”.

Kamis (27/8) malam di sebuah pusat jajan dan makan di Plaza Semanggi, Jakarta, dua puluhan mafioso berkumpul. Mereka berbincang-bincang mengenai apa pun yang berkaitan dengan dunia mafioso, seperti senjata, strategi penyusupan, penyerangan, dan pertempuran.

”Klan mafia New York sudah kami acak-acak. Tinggal klan-klan di Amerika Selatan yang belum tembus,” kata salah seorang di antara mereka.

”Kita pasti bisa menembus mereka,” timpal yang lain dengan nada penuh semangat.

Siapakah mereka? Orang-orang ini mengaku anggota klan Mafia Wars Indonesia (MWI), salah satu dari sekitar 10 klan mafia asal Indonesia di dunia game online Mafia Wars. Anggotanya mengklaim, MWI saat ini merupakan klan mafia yang sangat disegani oleh klan-klan mafia sejagat maya.

”Kekuatan kami nomor tiga di dunia,” kata Tegoeh Kaswidhyantoro (32), salah seorang pentolan MWI yang sehari-hari bekerja sebagai karyawan bagian teknologi informasi sebuah perusahaan di Jakarta.

Para mafioso berikut klanya tumbuh subur di dunia maya sejak MW menyebar di situs jejaring sosial Facebook pada pertengahan 2008. Game ini saat ini dimainkan sekitar lima juta orang di seluruh dunia per hari. Melalui MW, orang bisa berperan sebagai mafioso. Mereka bisa bertarung melawan mafioso lain atau klan-klan mafia di seluruh dunia.

Namun, tidak seperti game gangster lain, MW sama sekali tidak menampilkan visualisasi peperangan, adegan tembak-menembak, atau tetesan darah. Situs ini hanya menampilkan tabel-tabel angka, statistik, dan kalimat-kalimat perintah. Kalau seorang mafioso ingin menyerang mafioso lain, dia tinggal mengklik kata attack (serang). Kalau mau membeli senjata, tinggal pilih gambar senjata yang ada.

Kedigdayaan seorang pemain tidak hanya terlihat dari level yang mereka capai, tapi juga rekam jejak daya tahan dan daya serang (attack-defense), indikator kekuatan (energy), atau kesehatan (health). Setiap serangan lawan yang tidak bisa dihalau bisa menggerus kesehatannya, bahkan bisa mematikannya.

Lalu, apa asyiknya? Meski tidak ada visualisasi perang, buat Tegoeh, MW sangat menarik. ”Kita harus memutar otak terus supaya bisa menang melawan mafia lain. Kalau dimainkan bersama, lebih asyik lagi karena di situ ada persaingan.”

Laki-laki ini mengaku mulai main MW sejak pertengahan 2008. Sejak saat itu, dia kecanduan. ”Saya main hampir sepanjang waktu, mulai bangun tidur, sarapan, dalam perjalanan bus ke tempat kerja, pada waktu istirahat kerja, sampai sebelum tidur. Kalau ditotal, paling 4-5 jam sehari,” katanya.

Marina Asriani (29) lebih lama lagi. Sehari dia bisa main MW hingga 12 jam. Rekor bermainnya paling lama 48 jam alias dua hari. ”Biasanya saya bergadang main MW sampai pagi. Kadang saya main sambil jaga anak,” kata ibu dengan satu anak ini.

Klan Indonesia

Awalnya, para penggila MW di Indonesia main sendiri-sendiri atau masuk ke klan-klan di luar negeri. Lama-kelamaan, sebagian dari mereka membentuk sebuah komunitas penggila MW.

Komunitas ini selanjutnya mengubah diri menjadi sebuah klan bernama MWI pada Februari 2009, lengkap dengan aturan main yang mereka sebut UUD MWI. Salah satu aturannya adalah anggota MWI harus warga negara Indonesia. ”Kami ingin klan ini murni beranggotakan orang Indonesia,” ujar anggota MWI, Jodi Irawan (27).

Saat ini penggemar grup MWI di Facebook lebih dari 10.000 orang. Mereka berasal dari berbagai kalangan, mulai dari penganggur, pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, karyawan, hingga pengusaha. Mereka antara lain tersebar di Jakarta, Bandung, Bali, Makassar, Aceh, Malang, dan Yogyakarta.

MWI juga membentuk sebuah struktur. Tidak seperti klan lain yang dipimpin ”Godfather”, MWI dipimpin Dewan Jenderal yang tinggal di sebuah markas besar dengan pertahanan ketat. Tentunya semua hanya ada di dunia maya.

Agar lebih kompak, para anggota MWI tiap hari menggelar konferensi online. Mereka juga menjadwalkan ”kopi darat” jika ada waktu. Menjelang 17 Agustus lalu, mereka membuat kongres nasional di Kaliurang, Yogyakarta. Dalam kongres, mereka membahas strategi MWI ke depan.

Jodi menambahkan, dengan cara seperti itu MWI menjadi sangat solid dan kompak dibanding klan lain di situs MW. Suatu ketika, lanjut Jodi, ada mafioso yang menyolek (menyerang) anggota MWI. ”Kami langsung balas habis-habisan. Pokoknya elo colek, kami gebuk.”

Namun, buat Jodi, kuat saja tidak cukup. MWI harus juga ditakuti mafioso lain. Makanya, di MWI ada beberapa anggota yang sengaja cari gara-gara dengan mengacak-acak klan lain. Mereka disebut tim perusuh. ”Kalau mereka membalas, tim penggebuk MWI siap menyerang.”

Cara ini berhasil. Banyak klan lain yang minta ampun dan mohon tidak dijadikan sasaran serangan MWI. Namun, ada juga klan yang melawan, bahkan balik mengalahkan. Klan bernama Elite itu kini menjadi musuh bebuyutan MWI di dunia maya.

Gara-gara perseteruan MWI dan Elite, sekarang terjadi perang dunia antarmafia di situs MW. ”Kami menyebutnya Perang Dunia I,” kata Jodi.

Perang dunia ini membuat para anggota MWI bersemangat. Maklum, ini cuma perang di dunia maya. Matinya pun tidak sungguhan.

http://koran.kompas..com/read/xml/200...ohong-bohongan
--------------------------------------------------------------------

Meski Cekak, tapi Kuat
Minggu, 30 Agustus 2009 | 03:13 WIB

Sebagian anggota Mafia Wars Indonesia terkenal jago. Bagaimana tidak. Ketika banyak mafioso dari negara lain keluar uang ribuan dollar AS agar eksis di game online Mafia Wars, mafioso MWI justru mendulang uang.

Dalam Mafia Wars (MW), pemain memang bisa mencari jalan pintas untuk mencapai tingkat tertinggi. Mereka bisa membeli godfather point supaya lebih digdaya. Poin ini dibutuhkan untuk mendapatkan berbagai ”senjata” tambahan.

Meski ini sekadar permainan, godfather point bisa dibeli dengan uang sungguhan dengan pembayaran menggunakan kartu kredit. Harganya mulai dari 5 dollar AS hingga 150 dollar AS.

Sebagian orang sangat serius dengan permainan ini. Mereka tidak segan-segan mengeluarkan uang ribuan dollar AS agar menjadi pemain paling kuat di situs ini. ”Ada orang yang sampai mengeluarkan 350.000 dollar AS untuk membeli godfather point dan lain-lain,” kata Jodi Irawan.

Seingat dia, ada juga penggila MW asal Indonesia yang merelakan mobil Avanza-nya demi MW. Namun, lanjut Jodi, sebagian besar penggila MW di Indonesia mengikuti permainan ini sekadar untuk bersenang-senang. Karena itu, mereka tidak mau keluar uang.

Tegoeh Kaswidhyantoro menambahkan, meski bermodal cekak, para mafioso Indonesia umumnya liat dan sabar. Mereka lebih memilih menyusun strategi untuk menambah kekuatan. ”Sebenarnya, dalam permainan ini yang penting bukan level, tapi statistik attack-defense (daya serang-daya tahan). Pemain yang levelnya rendah toh bisa mengalahkan pemain yang levelnya tinggi,” katanya.

”Kalau tahu cara mainnya, kita justru bisa dapat uang dari sini,” katanya.

Bagaimana caranya? Sebagian besar pemain Indonesia umumnya memiliki beberapa account Facebook yang berisi MW. ”Kalau pemainnya jago, account-nya pasti kuat. Account itu nanti bisa dijual kepada orang lain,” kata Tegoeh yang pernah menjual account Facebook-nya seharga jutaan rupiah.

Anggota MWI, M Syaiful, juga pernah menjual account-nya seharga Rp 2 juta. Sekarang dia sedang membangun account baru mafia.

Menurut Jodi, account Facebook dengan MW yang kuat harganya bisa puluhan juta rupiah. ”Sebagai gambaran, ada yang jual account sampai Rp 40 juta,” kata Jodi.

Selain account, penggila MW bisa menjual ”senjata” dengan status attack-defense tinggi. Harga 100 buah ”bom TNT” bisa mencapai Rp 400.000. (BSW)

http://koran.kompas..com/read/xml/200...ekak.tapi.kuat
-------------------------------------------------------------------
pasti pada tahu mafia wars dong?
tapi tahukah accountnya bisa dijual 40 juta?
Kategori (Labels) , | edit post
0 Responses

Post a Comment